MilitaryAddictBlog

"berisi tulisan-tulisan tentang informasi yang berkaitan tentang fakta, analisa dan fenomena tentang sejarah dan militer. melawan lupa teruntuk peristiwa yang pernah singgah di setiap riak langkah kehidupan manusia"

Monthly Archives: Februari 2015

Nostalgia Sejarah Militer : Museum Satria Mandala

“Jas Merah” atau Jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Salah satu kalimat orasi yang pernah disuarakan oleh Presiden Soekarno pada salah satu pidato Kenegaraannya yang terakhir pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966. Mengingat kembali sejarah Berdirinya Indonesia, tidak lepas dari sejarah militer dalam masa perang kemerdekaan dan operasi-operasi sesudah merdeka melawan gerakan-gerakan separatis yang mengancam kedaulatan bangsa dan wilayah Indonesia. Museum Satria Mandala adalah salah satu alternatif tempat rekreasi edukasi tentang sejarah militer. khususnya, untuk me-refresh kembali ingatan kita tentang sejarah militer Indonesia dari aspek senjata-senjata yang mendukung operasi-operasi militer Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau yang sekarang dikenal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Salah satunya seperti Saya, Saya dan seorang teman juga berkesempatan mengunjungi Museum Satria Mandala dan ini momem kedua setelah saat SD saya mengunjungi Museum tersebut. Tidak ada perubahan yang signifikan ketika pertama memasuki dan menelusuri setiap bagian ruang pameran Museum ini. Bahkan dalam hal manajemen pengelolaan mengalami kemunduran dan yang paling parah adalah kebersihan ruangan serta perawatan dari inventaris senjata dan benda-benda sejarah. sebagian besar benda-benda yang dipamerkan terlihat sudah kusam dan berdebu. beberapa senjata tua yang di pajang terlihat sudah mulai berkarat dan catnya mengelupas. Namun, terlepas dari masalah tersebut, saya cukup puas dengan koleksi senjata dan benda-benda sejarah militer yang dipamerkan. Saya juga mengabadikan beberapa foto yang dapat mengingatkan kembali kenangan keberanian dan rela berkorban para pahlawan perwira bangsa pada saat berperang dan mengabdi kepada Ibu Pertiwi.

Dihalaman depan museum yang luas, terpajang beberapa koleksi Alutsista dari matra darat, laut dan udara yang sudah tidak aktif lagi. Senjata-senjata tersebut berasal dari era tahun 60an awal hingga tahun 70an seperti salah satu pesawat tempur tersohor Mig-21 Fishbed, replika kapal torpedo KRI Macan Tutul yang terkenal dengan peristiwa Laut Aru hingga Rudal SA-1 Guideline yang menjadi tameng udara penangkal serangan rudal atau pesawat tempur.

IMG_0787

Replika KRI Matjan Tutul

IMG_0788

Saracen, Mig-21 dan tank Stuart

IMG_0792

Rudal SA-1 dan UH-1 Huey

Lambang Kesatuan Matra TNI dan POLRI

Replika Naskah Teks Proklamasi

Setelah membeli tiket di loket yang berada di Lobi utama museem, kita akan memasuki ruangan pertama yang berisi lambang-lambang kesatuan TNI dan POLRI serta replika naskah teks Proklamasi. Yang menarik disini adalah lambang kesatuan matra darat, laut dan udara TNI masih sejajar dengan lambang POLRI seperti di era Orde Baru dimana POLRI secara struktur organisasi masih menyatu dibawah TNI.

Sumpah Prajurit TNI dan Patung Jend. A.H. Nasution.

IMG_0737

Sapta Marga TNI

Masuk lebih ke dalam gedung, pengunjung akan melewati lorong yang berisi diorama dengan latar belakang kisah perang kemerdekaan, pembacaan teks proklamasi, penumpasan pemberontakan DI/TII, pertempuran Surabaya dan lain sebagainya. setelah itu, pengunjung akan memasuki ruang koleksi yang berisi benda-benda pribadi peninggalan Jenderal Besar Sudirman seperti jubah, tongkat komndo dan tandu yang dipakai untuk membawa Mbah Dirman yang sedang sakit saat sedang memimpin pasukan dalam pertempuran Ambarawa. Terdapat koleksi Presiden Soeharto dan Jenderal A.H. Nasution berupa baju kedinasan TNI dan foto-foto semasa hidupnya.

IMG_0730

Replika tandu Jenderal Besar Sudirman.

IMG_0738

Patung Presiden Soeharto dan foto-foto beliau semasa bertugas di lingkungan TNI

IMG_0731

Jubah Jenderal Besar Sudirman

Selanjutnya, Pengunjung akan memasuki ruangan yang berisi koleksi atribut ketentaraan di lingkungan TNI seperti panji-panji kesatuan, lencana, brevet, seragam, pangkat dan foto-foto Panglima TNI dari masa kemasa serta foto-foto alutsista yang pernah maupun masih digunakan TNI.

IMG_0743

Foto Panglima TNI dari generasi ke generasi.

IMG_0748

Alutsista TNI AD

IMG_0753

Brevet-Brevet TNI

IMG_0757

Pangkat-pangkat TNI

Setelah pengunjung disuguhi pengetahuan seputar atribut ketentaraan, selanjutnya pengunjung akan memasuki ruangan senjata-senjata personil seperti pistol dan senapan laras panjang, senjata-senjata berat seperti senapan mesin dan meriam “bazooka”. selain itu terdapat pula torpedo kapal selam dan ranjau laut TNI AL yang sudah tidak aktif lagi.

IMG_0758

(Dari kiri ke kanan) enfield, Danish Madsen, Austen

IMG_0762

Bren Family

IMG_0763

AK-47 (1967), AK-47 (1952) dan M. 16A1

IMG_0768

Bazooka (atas) dan Rocket Launcher (bawah).

Setelah melihat-lihat koleksi di ruang senjata, pengunjung akan melewati pintu keluar yang menghubungkan dengan halaman belakang museum. Disini terdapat beberapa koleksi kedirgantaraan berupa pesawat tempur, pesawat latih dan helikopter yang pernah digunakan oleh TNI. Beberapa koleksi merupakan saksi sejarah kedikdayaan angkatan udara yang pernah dimiliki Indonesia semasa operasi Trikora, dimana terdapat pesawat tempur canggih dan ditakuti di jamannya “si moncong merah P-51 Mustang dan pesawat tempur pembom B-25 Mitchell. Tidak hanya itu, terdapat pula pesawat capung untuk pertanian buatan dalam negeri “Gelatik” dan pesawat tempur rampasan jepang yang dikenal dengan nama “Cureng”.  Di sebelah kiri halaman belakang museum juga terpajang deretan kendaraan tempur darat dan amfibi berupa tank, panser dan angkut personil yang juga pernah digunakan dalam operasi Trikora tahun 60an. sedangkan di sebelah kanan halaman belakang museum terdapat koleksi mobil, panser dan ambulance yang pernah digunakan TNI.

IMG_0771

B-25 Mitchell

IMG_0774

P-51 Mustang

IMG_0778

Mobil DD-1. sejarah singkat tertulis pada papan riwayat.

IMG_0782

PT-76

IMG_0779

BTR-50

IMG_0783

Angkut personil ampibi KAPA

IMG_0785

M-3 Stuart

 Ada beberapa perasaan penulis saat kembali berkunjung ke Museum Satria Mandala ini. Pertama, tentunya perasaan bangga bisa melihat dan merasakan kembali masa-masa perjuangan para pahlawan perwira bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mempertahankan kedaulatan negara. Indonesia dengan segala keterbatasannya pada masa-masa penjajahan, bisa bangkit dan membangun sebuah angkatan bersenjata pertahanan negara yang besar dan disegani. Semua yang terjadi hari ini, tentunya tidak akan lepas dari bagaimana sebuah sejarah terjadi. Kedua, Penulis merasa sedih karena masih kurangnya perhatian dari instansi terkait dalam hal pengelolaan benda-benda peninggalan yang pastinya memliki nilai sejarah yang berharga. Khususnya pengelolaan museum satria mandala, mengingat museum ini letaknya strategis yaitu ditengah kota Jakarta dan pastinya akan menjadi alternatif wisata yang menyajikan edukasi kemiliteran bagi masyarakat. Hal ini penting karena dapat memberikan nilai-nilai patriotis dan bela negara khususnya bagi generasi muda agar kokoh pendirian dan jiwanya sebagai warga negara. Harapan penulis hanya satu, semoga kedepannya setiap instansi terkait baik pemerintah maupun swasta agar lebih memperhatikan hal-hal yang mungkin masih dianggap sepele seperti ini. Seperti sebuah penyakit kronis yang dibiarkan begitu saja, mungkin dampak nyata tidak akan kita rasakan sekarang, namun anak cucuk kita kelak yang akan merasakannya.(BPRD)

Kisah Kesaktian Senapan Serbu SS-2

Akhir-akhir ini masih santer di telinga masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat yang mengikuti berita dan informasi seputar dunia militer. Tidak lain karena Tentara Nasonal Indonesia kembali menunjukan profesionalitasnya sebagai abdi negara dan mengharumkan nama Indonesia dengan meraih prestasi pada salah satu ajang kejuaraan menembak antarprajurit internasional. Beberapa waktu yang lalu tim tembak TNI berhasil kembali menyabet juara umum pada ajang kejuaraan menembak Brunei International Skill at Arms Meet (BISAM) ke-11 di Brunei Darussalam. Setelah sebelumnya pada tahun 2014, tim tembak TNI juga berhasil mempertahankan Juara Umum dalam kejuaraan menembak antarprajurit Angkatan Darat se-ASEAN, dalam Asean Armies Rifle Meet (AARM) 2014 di Hanoi, Vietnam.

pang

Kontingen TNI Lomba Tembak BISAM (Brunei International Skill Arms Meet) ke-11 tahun 2015 Brunei Darussalam, di Ruang Hening Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (3/2/2015). (Puspen TNI)

Melihat prestasi yang secara berturut-turut diraih oleh TNI, timbul rasa penarasan dan pertanyaan di benak masyarakat umum, seperti pertanyaan dari seorang supir pribadi yang beberapa waktu yang lalu mengobrol dengan saya. “Hebat ya TNI sekarang, disaat Polri lagi ribut sama KPK, ini malah juara lomba lagi. Sebenarnya apa rahasianya sampai bisa mengalahkan negara-negara besar seperti Amerika dan Inggris?.” tuturnya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, di bawah ini akan ditemukan jawabannya. Diambil dari salah satu artikel dari Majalah Angkasa Edisi Koleksi No.91 2014 “Rahasia Di Balik Sistem Senjata Rancangan Indonesia” , Akan dibahas “kesaktian” dari senapan serbu SS-2 yang menjadi senjata andalan TNI dalam setiap Kejuaraan menembak baik nasional maupun internasional.

“Senapan serbu SS-2 yang mulai dirancang pada tahun 2001, saat ini sudah biasa dioperasikan oleh pasukan TNI dalam jumlah besar. Sejumlah prestasi pun telah berhasil diukir berkat tingkat akurasi yang tinggi dari senapan SS-2 ketika digunakan diberbagai ajang lomba menembak.”

798191_20131107120537

Prajurit Kopassus latihan menembak dengan SS-2. (Kaskus.co.id)

Pasukan TNI yang pertama kali menggunakan senapan serbu buatan Pindad adalah Kopassus (2006). Sebelum digunakan oleh pasukan TNI, produksi senapan SS-2 ternyata melalui kisah yang unik dan sempat membuat bingung Direktur Pindad saat itu, Budi Santosa (2003). Untuk memutuskan rancangan SS-2 diproduksi atau bukan ditentukan oleh ahli dari kalangan militer, melainkan dari warga sipil yang notabene masih merupakan seorang anak-anak.

Pada tahun 2003, Budi yang kebingungan untuk menentukan desain akhir SS-2 berjalan-jalan bersama anaknya yang masih duduk di bangku kelas 4 SD. Dia lalu bertanya kepada anaknya, apakah sudah pernah pegang bedil dan dijawab belum. Mendapat jawaban itu, ia belum merasa puas dan bertanya lagi, apakah anaknya pernah bermain senjata di video games dan dijawab sudah. Mendapat jawaban itu, ia merasa senang dan kemudian mengajak anaknya ke lorong tembak.

Di lorong tembak yang biasanya dipakai Pindad untuk menguji senjata, Budi kemudian mengambil kursi dan menempatkannya di posisi tengah-tengah, lalu diambil pula senjata SS-2 dan diletakkan di meja tembak. anaknya yang disuruh duduk di kursi untuk posisi menembak tampak tertegun. Namun kemudian ia memandu anaknya untuk menembakkan senapan SS-2. Sejumlah tembakan pun dilepaskan anak SD kelas 4 itu secara agak sembarangan.pada akhirnya, tembakan tepat mengenai sasaran di bagian tengah.

Atas hasil tembakan itu, Budi berkomentar, seperti yang ditulis dalam buku Pijakan untuk Kemandirian Bangsa (30 tahun PT Pindad Persero). “Memang hasil tembakannya enggak tepat, tapi itu karena pisir dan pejera berbeda,”tutur Budi. “Yang terpenting. saya bisa tahu ternyata anak sekecil itu bisa menembakkan senapan SS-2 dengan nyaman dan kena sasaran. Saya pikir, anak kecil saja bisa menembak seakurat itu, apalagi tentara yang sudah terlatih. Kalau tentara enggak bisa pakai SS-2, ya malu-maluin.”

Atas keputusan produksi senapan SS-2, mantan staf ahli dan tim khusus senjata Pindad, Kolonel (purn) TNI Peter Hermanus, ketika ditemui Angkasa dikediamannya, Cimahi, Jawa Barat, bulan Agustus 2014, mempunyai pendapat sendiri. Menurutnya. SS-2 yang merupakn kombinasi kecanggihan sejumlah senapan serbu dari berbagai negara memang tidak perlu diragukan lagi untuk digunakan oleh TNI. Dalam proses pembuatannya, sedikitnya senapan SS-2 merupakan gabungan konstruksi dari senapan SS-1, K-2 dan Avtomat Kalashnikova-47 (AK-47).

SS2-Senapan-Serbu-2-Pindad

Senapan Serbu SS-2 series. (Google.com)

“SS-2 sebenarnya merupakan senjata yang canggih karena adanya unsur kombinasi itu. Coba perhatikan moncongnya seperti senapan AK-47, popornya SS-1, magazine-nya seperti punya M-16, senapan itu memang gabungan dari berbagai senapan serbu mutakhir. Jadi, dijamin pasti bagus,” jelas Hermanus.

Masih kata Peter, butuh waktu lebih dari satu tahun untuk menyelesaikan proses pengembangan SS-2. Varian SS-2 yang dirancang dan dibuat prototipe-nya adalah SS-2 V1, SS-2 V1 Heavy Barrel, SS-2 V2, SS-2 V2 Heavy Barrel, SS-V4, SS-2 V4 Heavy Barrel dan SS-2 V5. Meskipun merupakan pengembangan dari SS-1, berdasarkan hasil rancangan tim khusus, SS-2 memiliki keunggulan. Beratnya lebih ringan, mudah menembak tepat pada jarak-jarak tertentu karena dilengkapi pisir berbentuk O yang dapat diatur sesuai dengan sasaran 100m, 200m, 300m dan seterusnya. mudah menentukan posisi pipi dan mata pada lubang pisir, serta bisa dipasangi teleskop yang bisa dipasang adalah Trijikon atau close quarter/tactical (CQ/T) karena pada bagian atas receiver terdapat dudukan yang dinamai pikatini rail.

“Senapan SS-1 tipe HB diperuntukan khusus untuk lomba tembak karena memiliki tingkat akurasi yang baik dan itu sudah terbukti dalam kejuaraan tembak, baik tingkat nasional maupun internasional.” tutur Peter.

Prestasi Internasional

image003

category of Rifle Match 2, medal emas dan perak dimenangkan oleh Indonesia pada AARM ke-24 Hanoi,Vietnam. (Berita dan Politik Kaskus).

Senapan SS-2 yang khusus digunakan untuk lomba menembak itu, pada tahap awal diproduksi sebanyak 165 pucuk. Senapan ini digunakan dalam lomba menembak Asean Armies Rifle Meet (AARM) 15/2005, yang berlangsung di Brunei Darussalam pada bulan September 2005, selain AARM 15/2005, TNI juga mengikuti lomba menembak Brunei International Skill at Arms Meet (BISAM) 2005.

Untuk kepentingan lomba menembak itu, sebelumnya PT Pindad tealh melakukan serangkaian uji coba. Uji menembak yang sudah dilakukan berlokasi di Lapangan Tembak Colodong (Kostrad) dan pengujian lintasan peluru pada jarak 400 m serta pemilihan peluru khusus lomba di PT Dahana, Turen, Malang, Jawa Timur. Dari hasil uji coba dengan mengerahkan para prajurit TNI yang memiliki prestasi menembak terbaik itu sedikitnya ada 11 masukan untuk pemenuhan kriteria senjata lomba menembak.

Dari hasil masukan saat uji coba itu selanjutnya dibuat tiga varian SS-2 untuk kepentingan sertifikasi. Ketiganya adalah SS-2 Standard, SS-2 Medium Barrel dan SS-2 Heavy Barrel, khusus untuk lomba menembak. Setelah dicapai kesepakatan karena kegiatan lomba menembak tingkat internasional membawa nama baik bangsa dan juga pamor TNI, diperoleh keputusan untuk keperluan lomba menembak akan digunakan senapan SS-2 V4. Namun sebelum digunakan untuk lomba menembak, serangkaian uji coba telah dilakukan di Lapangan Tembak Halim Perdanakusuma Jakarta, yang berlangsung pada bulan Juni 2004.

Dalam kesempatan itu, Assops Kasum TNI, Mayjen Adam Damiri, yang langsung menyaksikan uji tembak, mengkritisi karena kalau dilepas teropongnya, SS-2 V4 ternyata tidak bisa digunakan untuk menembak sasaran dengan bidikan. Ini jelas merupakan kelemahan besar untuk senjata bidik, apalagi senapan ini juga tergolong sebagai senapan serbu.

Sejumlah langkah pun harus dilakukan untuk menghasilkan SS-2 yang lebih sempurna untuk lomba menembak. Setelah dilakukan penyempurnaan, uji coba tahap kedua kembali dilaksanakan pada bulan Agustus 2004 dengan hasil cukup memuaskan ketika digunakan untuk menembak pada jarak 500 meter. Namun Mayjen Damiri masih merasa belum puas dan memberikan 11 masukan untuk segera dilakukan koreksi.

Atas masukan tersebut, tim khusus pembuat SS-2 PT Pindad kembali bekerja keras untuk melakukan penyempurnaan. Salah satunya adalah dengan menggunakan pegas dan konstruksi gigi baru yang lebih tebal. uji coba tembak SS2 V4 yang sudah disempurnakan pun dilaksanakan di lapangan tembak yang berlokasi di Lapangan Tembak Batujajar, pada bulan Oktober 2004 dan hasilnya ternyata memuaskan. Tim penembak TNI pun berangkat ke ajang lomba tembak yang berlangsung di Brunei pada tahun 2005 dengan penuh percaya diri karena berbekal SS-2 V4 yang telah disempurnakan.

Hasil kerja keras tim SS-2 Pindad selama hampir tiga tahun ternyata membuahkan hasil yang sangat memuaskan. pasalnya, dengan menggunakan SS-2 V2 HB, penembak TNI, Sertu Habdi, berhasil memenangkan lomba menembak dan membawa pulang medali emas di AARM 15/2005. Sementara itu, pada ajang BISAM 2005, regu tembak TNI yang menggunakan senapan SS-2 V4 HB, yang sudah dilengkapi alat bidik CQ/T pembesaran 1-3 x 14mm, berhasil tampil sebagai juara umum dengan raihan tujuh emas dan medali perak. Kejuaraan yang didominasi oleh tim TNI itu jelas menimbulkan kegemparan sekaligus kekaguman dan senapan SS-2 V4 HB pun menjadi senapan yang paling dibicarakan. Atas keberhasilan tersebut, tim menembak TNI untuk pertam kalinya bisa membawa pulang Sultan Brunei Darussalam.

Atas keberhasilannya mengembangkan, mendesain dan memproduksi SS-2, yang tidak kalah dibandingkan dengan kualitas senapan sejenis dari negara-negara lain, Budi Santosa kemudian dianugerahi penghargaan Satya Lencana Pembangunan, yang diberikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan Desember 2006.

Anugerah juga diberikan kepada tim penembak Indonesia, setelah pada lomba tembak AARM XVI/2006 yang berlangsung di Hanoi, Vietnam, bulan Novembar-Desember 2006, tim dari TNI kembali meraih juara umum dengan menyabet 24 medali emas, 10 perak, dam dua perunggu. prestasi yang berhasil diukir oleh tim tembak TNI itu benar-benar terwujud berkat “kesaktian” senapan SS-2. (win)

Nah, Tentunya sekarang kita sudah mengetahui apa sebenarnya rahasia dari senapan SS-2 yang menjadi andalan TNI dalam setiap ajang Kejuaraan menembak baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain tentu saja kualitas individu prajurit baik jasmani dan rohani yang terus-menerus dilatih dan ditingkatkan kemampuannya, kualitas senapan yang menjadi alat vital pendukung individual prajurit dalam setiap operasi peperangan dan operasi selain perang serta dimasa damai, seperti saat mengikuti kejuaraan menembak ini menjadi hal yang sangat penting untuk terus-menerus dikembangkan sesuai yang diperlukan TNI sebagai operator. Semoga informasi yang dapat penulis sampai ini dapat bermanfaat dan Bravo untuk TNI, selalu siaga dalam profesionalitas dan menjunjung tinggi Sapta Marga serta Sumpah Prajurit, Komando!

Sumber :

Korelasi Kedaulatan, Angkatan Bersenjata dan Sistem Persenjataan

Indonesia_2002_CIA_map

Sumber : Google.com

Menjaga dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Begitulah kira-kira bunyi dari doktrin dasar Tentara Nasional Indonesia sebagai sebuah angkatan bersenjata yang menjadi benteng pertahanan terdepan dan terakhir Republik Indonesia. Makna kedaulatan dalam sebuah aspek kenegaraan tentunya tidak hanya mencakup kedaulatan wilayah negera tersebut, tetapi ada beberapa aspek lain dalam suatu Negara yang tidak akan bisa dipisahkan dan menjadi prioritas utama untuk di pertahankan sehingga menjadi sebuah kedaulatan yang kompleks dan utuh. Menarik di sini jika kita melihat letak wilayah Indonesia secara geografis yang sangat luas dan strategis. Poin wilayah Indonesia yang sangat luas menjadi sangat kompleks dengan tugas dan tanggung jawab TNI menjaga wilayah fisik tropis kepulauan yang luas dengan pola kontur bumi yang beragam serta mencakup tiga matra yaitu darat, laut dan udara. Sementara letaknya yang strategis menjadi kartu penting bahwa Indonesia menjadi wilayah yang “ramai”. Sebab, Indonesia berdampingan dengan beberapa Negara tetangga ditambah dengan potensi “kepentingan” politik dari pihak-pihak yang berada di sekitarnya. Terkadang diantara “keramaian” tersebut ada kepentingan yang menjadi sebuah pemantik konflik yang mengganggu ketentraman penghuni di sekitarnya.

Dengan wilayah yang berupa kepulauan strategis dengan segala potensi alam dan manusianya, Indonesia menjadi sama halnya seperti sebotol madu segar yang dikelilingi oleh kawanan “semut budak” yang sangat membutuhkan setiap tetes madu manis untuk di berikan kepada “sang Ratu”. Disinilah letak kewajiban TNI yang dapat digambarkan sebagai sebuah tutup botol yang harus selalu siaga menutup dan menjaga madu manis di dalam botol.

Kopassus

Sumber : Google.com

Melihat prespektif seperti itu, tentunya TNI sebagai lembaga militer dan alat pertahanan kedaulatan Negara, dihadapkan oleh tugas pokok dan fungsi yang kompleks serta sangat menuntut profesionalitas dan konsistensi setiap prajuritnya sebagai abdi Negara yang senantiasa siap sedia untuk “pasang badan” untuk negaranya jika setiap usaha diplomasi sudah tidak dapat dilakukan lagi. Sehingga kualitas mental dan fisik prajurit menjadi hal yang penting. Tidak lupa pula untuk selalu melakukan evaluasi dan pembaruan (upgrading) insting dan kemampuan berperang prajurit dengan strategi geopolitik sesuai situasi dan potensi konflik di kawasan. Namun, yang tidak kalah pentingnya juga ketersediaan dan kesiapan Alat Utama Sistem Persenjataan atau Alutsista sebagai pendamping utama untuk melengkapi kemampuan prajurit. Karena sebagai sebuah angkatan bersenjata, sudah sejatinya jika para prajurit TNI di darat, laut dan udara harus dilengkapi dengan senjata-senjata yang mendukung pelaksanaan setiap operasi perang maupun operasi selain perang.

Selain itu, jika kita melihat perkembangan situasi global saat ini, ketersediaan Alutsista yang berteknologi canggih dan sudah teruji dalam medan perang yang sebenarnya (battle proven) akan memberikan efek gentar (detterent effect) untuk setidaknya berpikir dua kali bagi negara-negara di sekitar Indonesia yang ingin sekedar “bermain-main tanpa izin di halaman rumah” NKRI. Bahkan, efek gentar dari sistem persenjataan yang tangguh dan ideal sudah dibuktikan dari peristiwa sejarah operasi Trikora pada periode tahun 1961-1963. Masih ingat dibenak kita saat presiden soekarno memainkan manuver politik yang apik untuk mengusir belanda dari tanah Papua. Saat itu Indonesia sebagai sebuah Negara yang baru seumur jagung merdeka dan hanya memiliki angkatan bersenjata bekas perang kemerdekaan dengan senjata hasil sitaan dan yang ditinggalkan jepang dan belanda sewaktu masih menjajah Indonesia. Namun, Indonesia yang saat itu sedang bersekutu dengan Uni Soviet, mendapat lusinan pasokan senjata yang besar dan langsung memutar-balikan keadaan. Belanda menjadi berpikir dua kali untuk melawan Indonesia yang dahulu dikenalnya hanya sebatas bangsa pekerja rodi. Pelajaran yang dapat kita ambil dari sejarah tersebut adalah bahwa ketersediaan Alutsista yang ideal dalam sebuah angkatan bersenjata Negara dapat menjadi alat diplomasi dan mempunyai nilai tawar yang menguntungkan Negara tersebut terhadap setiap ancaman dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

teknologi-militer-indonesia

Sumber : Google.com

Kini, 69 tahun sudah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure serta menjadi bangsa yang besar dengan segala potensinya. Pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai bidang telah mendorong kemajuan dan kemandiriannya untuk membangun Ibu Pertiwi seperti yang telah di cita-citakan para pendiri Negara ini. Mulai terlihat pula giat dan usaha pemerintah lewat kementerian pertahanan untuk memodernisasi sistem pertahanan dan persenjataan TNI yang sempat terlilit dampak embargo senjata dan krisis moneter. Lewat program kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Minimum Essential Force (MEF) untuk pembangunan dan modernisasi Alutsista berserta teknologinya. Hingga saat ini, MEF sudah memasuki Rencana Strategis (Renstra) tahap III (2015-2019) , dimana pada renstra tahap II (2010-2014) telah mencapai 38 % dari nilai target MEF. Artinya modernisasi Alutsista pada Renstra tahap II sudah terealisasi. Beberapa Alutsista hasil kebijakan ini sudah ada yang masuk ke dalam inventaris TNI dan beberapa juga masih dalam proses perakitan.

Selain itu, masa depan dari industri pertahanan dalam negeri juga mulai di perhatikan. Hal ini terbukti dari pengesahan RUU industri pertahanan pada tahun 2012 untuk mendorong semangat pada pelaku industri pertahanan dalam negeri untuk melakukan riset dan pengembangan teknologi persenjataan sesuai dengan kebutuhan TNI dan memprioritaskan pembelian Alutsista buatan putra-putri Indonesia. Selain itu, salah satu pasal dari UU tentang indrustri pertahanan juga mewajibkan adanya transfer of technology (ToT) dari setiap pembelian Alutsista secara impor sehingga industri pertahanan lokal dapat bersaing dan nantinya kemandirian dalam penyediaan sistem pertahanan TNI dapat di penuhi oleh produk-produk dalam negeri yang lebih bermutu dan terjamin kerahasiaannya.

Prajurit TNI melakukan persiapan pasukan pada  pada upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-69 Tentara Nasional Indonesia (TNI) di lapangan Hiraq

Sumber : Google.com

Seperti sebuah pepatah yang mengatakan “apa yang kau tanam, itulah yang akan kau petik.” Pepatah tersebut kiranya dapat sedikit menggambarkan progress yang saat ini telah berlangsung dari pembangunan dan pengembangan Alutsista dan kemampuan individual prajurit TNI dalam meningkatkan profesionalitas dan kualitas sebuah angkatan bersenjata Negara yang berdaulat. TIdak lupa pula diiringi dengan peningkatan mutu kesejahteraan prajurit. Dengan kemandirian yang saat ini dibangun, akan dapat di petik hasilnya kelak dan upaya untuk terus menjaga profesionalitas dan kualitas tersebut akan berguna di masa damai untuk menimbulkan nilai tawar dan efek gentar di kawasan serta ketika disaat berperang dapat melindungi segenap aset dan potensi Negara dengan mobilitas yang tinggi dan strategi yang terintegrasi. Seperti yang pernah dituliskan oleh Flavius Vegetius Renatus, “adagium si vis pacem para bellum. “Jika kau menginginkan perdamaian, persiapkan kemungkinan untuk berperang.”

Sumber : Berbagai bahan bacaan